Loading...
Loading...
Saya dibesarkan dengan nasi uduk. Alm. Nenek yang biasa kami panggil dengan sebutan Mbah Wedhok sering mengadakan kendurian dirumah dan nasi uduk adalah makanan wajib menu selamatan. Beliau adalah orang tua jaman dulu yang masih menjalankan adat Kejawen dengan taat. Setiap hari kelahiran dan kematian entah itu orang tua, kakek nenek atau anak selalu dilakukan acara selamatan. Tentu saja Mbah Wedhok menggunakan sistem penanggalan Jawa, dan hari kelahiran disebut dengan weton. Saya tidak begitu mengerti dengan sistem yang dipakai Mbah, tapi saya takjub dengan daya ingatnya yang luar biasa. Ketika beliau masih sehat dan belum terkena pikun, beliau hafal semua hari lahir dan hari kematian anggota keluarga yang jumlahnya tidak bisa dibilang sedikit. Mbah Wedhok buta huruf, tidak pernah menulis tanggal-tanggal tersebut di sebuah buku catatan namun beliau memiliki sistem tersendiri untuk mengingatnya.
Saya sendiri terus terang senang ketika Mbah mulai menunjukkan tanda-tanda hendak mempersiapkan acara kendurian. Jauh hari beliau telah menimbun kentang, kelapa yang masih utuh bersama batoknya, kol, mie, dan aneka bumbu. Ayam untuk ingkung tentu saja tidak perlu dibeli karena Mbah memiliki ayam piaraan sendiri. Ayam kampung beliau gendut-gendut dan sehat, padahal hanya sekali diberi makan kala pagi hari, dan sisa hari si ayam mencari makanan sendiri ke penjuru kampung.
0 Response to "Resep Nasi Uduk dan Ceritanya"
Post a Comment